PARENTING POSITIF
Oleh: Dinie Ratri Desiningrum
Di dalam sebuah keluarga, kadang terdapat fenomena anak membantah orangtuanya, dan orangtuapun marah dan membentak anak, karena masalah-masalah kehidupan sehari-hari. Dari mulai teriakan-teriakan di pagi hari, hingga tangisan anak di malam hari. Tentunya kita semua tidak mau jika anak-anak di rumah menjadi sosok pribadi-pribadi yang tidak matang, dan bermasalah di kemudian hari.
Anak adalah gambaran orangtuanya, suka atau tidak, faktanya demikian. Dimulai dari gaya berbicara, sifat dan karakter, termasuk kebiasaan-kebiasaan baik dan buruk yang terbentuk. Terjadi proses modeling, dimana orangtua menjadi panutan dan figur yang diimitasi oleh anak-anaknya. Maka secara sadar, sangat baik jika orangtua berperilaku santun, cerdas dan bijaksana, serta penuh kasih sayang.
Dibutuhkan suatu pengasuhan yang positif, yang menjadi kunci penting agar terbentuk suatu kedekatan psikologis antara orangtua dan anak. Pengasuhan positif, atau dikenal dengan parenting positif merupakan suatu pola pengasuhan yang dilakukan orangtua dengan cara suportif, konstruktif, serta menyenangkan bagi anak, sehingga terbentuk sikap saling menghargai antara orangtua dan anak. Tujuan dari parenting positif ini adalah membentuk potensi dasar anak agar lebih berkembang secara optimal, lalu melatih anak agar mampu melakukan negosiasi bila menghadapi perbedaan pendapat, anak pun diajak untuk menyadari akan hak-hak yang ia miliki selain kewajiban-kewajiban yang harus ia lakukan, semua dilakukan orangtua secara konstruktif dan tanpa kekerasan.
Anak seringkali diharapkan untuk kreatif dan berprestasi, sehingga banyak fakta anak diikutsertakan pada lomba-lomba dan berbagai kegiatan. Anak membutuhkan lingkungan yang kondusif untuk mengembangkan diri dan berkreasi. Dengan positive parenting, pada anak akan terbentuk “basic trust” dan kelekatan dengan orangtua, yang akan menumbuhkan keyakinan diri yang kuat. Keyakinan diri tersebut sangat penting bagi perkembangan mental anak, rasa percaya diri, serta penuh kasih sayang dalam kehidupan dewasanya.
Beberapa prinsip dasar dari parenting positif, adalah:
- Orangtua menjadi pendengar aktif bagi anak. Anak berpotensi untuk curhat atau berbagi cerita dengan orang lain, maka agar terjalin kedekatan dan kehangatan dengan orangtua, baiknya orangtua mampu menjadi pendengar yang aktif bagi anaknya. Pendengar aktif adalah mendengarkan dengan hati, artinya orangtua belajar berempati terhadap pikiran, perasaan dan perilaku anak, sehingga orangtua memahami alasan munculnya sebuah sikap dan perilaku anak, maka lebih lanjut orangtua akan memberi pengarahan secara tepat dan tidak bertindak kasar terhadap anak. Bentuk perilaku orangtua untuk menjadi pendengar aktif, adalah tidak langsung mengkritisi pernyataan dan reaksi anak, namun membiarkan anak terbiasa menuntaskan penjelasannya, sehingga ketika fakta sudah lengkap, orangtua bisa mengajak anak untuk melakukan evaluasi dari perilakunya.
- Orangtua mampu menghargai pendapat anak. Setiap individu terbentuk dari berbagai komponen psikologis, diantaranya adalah daya pikir, dan perasaan atau emosi. Demikian pula pada anak. Anak dengan berbagai keterbatasannya memiliki berbagai potensi, yang seringkali tidak disadari oleh orangtua. Orangtua tidak memahami potensi anaknya, karena terbiasa membentuk anggapan bahwa anak tidak tahu apa-apa dan belum bisa memahami hal-hal dalam kehidupan, sementara pada kenyataannya, anak punya otak dan kemampuan yang menakjubkan. Maka, hargai perasaan anak juga.
- Penghargaan terhadap perilaku baik anak. Perlu diingat oleh orangtua, bahwa anak peka akan berbagai respon dari orangtua. Maka sekecil apapun perilaku baik anak, berilah penghargaan. Misalnya, anak usia 3 tahun sudah bisa buang air di kamar mandi, maka kita harus memberikan reward, bisa berupa pujian atau pelukan, tidak harus berupa hadiah barang. Hal terkecil lainnya adalah mau mendengarkan kebaikan yang diceritakan anak, membiarkan anak melakukan kreativitasnya meskipun harus mengorbankan waktu orangtua, misalnya anak membuat karya dari barang-barang bekas di rumah sehingga mengakibatkan rumah menjadi berantakan, maka hal tersebut seharusnya tidak menjadi masalah, selama tidak ada yang membahayakan anggota keluarga.
- Disiplin yang konsisten namun bertahap. Aturan dan norma yang dikenalkan di rumah, akan lebih mudah ditaati seluruh anggota keluarga terutama anak-anak, jika diterapkan secara konsisten dan bertahap. Konsisten contohnya adalah orangtua tetap tidak menyuapi anaknya yang duduk di bangku kelas 2 SD, di setiap waktu makannya, kecuali dalam kondisi sakit. Atau orangtua menetapkan jam menonton televisi dan bermain gadget, yang juga dipatuhi seluruh anggota keluarga.
- Menyediakan waktu yang berkualitas. Zaman era modern di abad 22, orangtua mayoritas berkarir, dan sibuk dengan pekerjaannya. Maka orangtua sering mengeluhkan kuantitas waktu yang tidak bisa diberikan kepada putra-putrinya. Kuantitas waktu bukan segalanya dalam parenting positif. Yang terpenting justru adalah kualitasnya. Yaitu bagaimana orangtua bisa memanfaatkan waktunya yang tidak banyak, untuk tetap berinteraksi positif dengan anak-anaknya. Memperhatikan dalam hal aktivitas anak sehari-hari, juga mengenai perkembangan fisik, mental dan sosial anak. Memanfaatkan waktu luang di akhir minggu tidak harus dengan sesuatu yang mahal. Orangtua bisa mengkondisikan anak-anaknya untuk berkreasi dan melakukan banyak hal yang bermanfaat bagi diri atau orang lain.
Hal lain yang juga sangat penting adalah, parenting positif mengajak para orangtua untuk lebih sayang terhadap dirinya, menghargai dirinya, dan mengembangkan kemampuan diri, sehingga setelah menjadi pribadi yang baik, tentu tidak akan sulit dalam menuangkan perhatian dan kasih sayang pada anak-anak sesuai kebutuhannya. Salam Parenting Positif……